Tiga Hari Menyapa Hobart
Suasana dermaga Hobart malam hari. Foto oleh Anindito Aditomo |
The Precils sangat menikmati suasana liburan pendek kami di Hobart. Menurut Big A, Hobart lebih sepi daripada Sydney dan cuaca di sana lebih dingin. Little A juga senang jalan-jalan di Hobart karena tinggal di hotel yang bagus :p Berulang kali dia bilang ingin pergi lagi ke hotel di Hobart. Menurut saya, anak-anak ini senang di Hobart karena kami benar-benar bisa santai di sini, kecuali Si Ayah tentunya yang ke sini untuk kerja 🙂 Kami menginap di hotel di depan pelabuhan persis, dan kemana-mana tinggal jalan kaki. Saya tidak membuat itinerary yang padat sehingga The Precils bebas bermain-main. Hari pertama kami jalan-jalan di sekitar hotel, singgah di visitor centre dan menuju pusat kota (Mal). Hari kedua kami habiskan untuk mengunjungi pabrik coklat Cadbury, sekitar 1 jam dari kota dengan bis. Hari ketiga kami kembali jalan-jalan menyusuri pelabuhan, melewati Salamanca dan menemukan taman bermain yang asyik dan membuat The Precils betah.
Kantor Pos Besar di Hobart. Depannya adalah depot bis. Foto oleh Anindito Aditomo. |
Mal Hobart di Elizabeth St. Foto oleh Anindito Aditomo. |
Visitor Centre Hobart terletak di Davey St, jalan yang sama dengan hotel kami, sekitar 5 menit jalan kaki. Pelayanan di Visitor Centre cukup bagus. Di sini kita juga bisa booking penginapan (kalau belum punya) dan tur. Tempat kecil ini menyediakan brosur dan peta gratis, dan menjual kartu pos dengan harga murah, mulai 50 sen. Oleh petugas, saya diberi tahu jalur bis umum yang menuju pabrik coklat Cadbury. Sebenarnya ada tur khusus ke pabrik coklat ini, tapi tentu saja saya memilih yang lebih murah. Depot atau terminal bis di tengah kota Hobart terletak di depan kantor pos besar. Gedung kuno nan megah yang dijadikan kantor pos ini mudah sekali ditemukan, hanya satu blok di seberang Visitor Centre dan satu blok sebelum mal Elizabeth St.
Selama tiga hari di Hobart, kami tidak menyewa mobil karena rencananya memang hanya akan jalan-jalan di dalam kota. Lagipula sopir yang biasa menyetir mobil (Si Ayah!) sedang sibuk konferensi 😀 Dari bandara Hobart, kami menuju hotel menggunakan shuttle bus yang tarifnya ‘hanya’ $10 untuk dewasa dan $5 untuk anak-anak. Jarak dari bandara Hobart menuju pusat kota sekitar 18 menit dan bisa dicapai kurang lebih 20 menit dengan taxi lewat jalan tol. Kalau mengendarai shuttle bus (seperti layanan ‘travel’ di Indonesia), waktu tempuh bisa dua kali lipatnya karena harus mengantar penumpang lain dulu.
Kelar mencuci baju kotor yang menumpuk tiga hari selama kami di Hobart, saya membawa anak-anak ke toko buku, Hobart Book Shop yang ada di Salamanca Square ini. Toko buku mungil ini nyaman dan tidak terlalu ramai. Big A membeli buku The Mysterious Benedict Society, serial detektif kesayangannya. Tidak sabar menunggu sampai di hotel, Big A membaca buku ini sepanjang jalan. Setelah menuruti keinginan Big A, giliran Little A yang perlu disenang-senangkan. Kami mengunjungi Faerie Shop yang isinya segala sesuatu tentang Fairy (peri), masih di kawasan Salamanca. Toko mungil berwarna pink yang desainnya unik ini merebut hati Little A. Setelah lama memilih dan melihat-lihat ini itu, akhirnya dia membeli notes berbentuk tas kecil, yang tentu saja bergambar peri, lengkap dengan glitter-nya 🙂
Toko buah segar di Salamanca. Foto oleh Anindya Amarakamini. |
Pertokoan di Salamanca. |
Selama tiga hari jalan-jalan menjelajah Hobart, Si Ayah tidak ikut kami. Baru sore atau malam hari setelah konferensi usai, Si Ayah bisa bergabung. Malam pertama, kami mengajak Si Ayah mencicipi seafood di depan warung terapung. Pilihan kami adalah Flippers, yang bentuk warungnya lucu seperti ikan 🙂 Sebenarnya, siang harinya kami sudah jajan di warung yang harga makanannya cukup murah ini. Di tepi dermaga ada warung-warung apung yang menjual makanan laut dengan menu yang sama. Saya pilih Flippers karena warung ini paling ramai dikunjungi orang. Kami memesan Fisherman Basket Deluxe yang berisi macam-macam makanan laut. Hmm… rasanya enak banget dan fresh. Ini fish&chips terenak yang pernah saya coba. Saya suka banget dengan rasa gurih ikan Trevalla-nya. Mungkin karena ikannya segar hasil tangkapan pagi ini.
Kenyang, kami menemani Si Ayah yang sedang belajar memotret suasana malam, dengan berjalan-jalan keliling dermaga. Hasil belajar Si Ayah bisa dilihat dari foto utama artikel ini 🙂 Bagaimana, udah secantik gambar di kartu pos kan? *memuji suami sendiri*
Meskipun kami ke sana di musim panas, angin malam di tepi dermaga cukup kencang dan dingin, harus dilawan dengan mengenakan jaket. Malam kedua kami tidak keluar malam karena The Precils sudah capek usai berenang dengan Si Ayah di kolam renang hotel. Malam ketiga kami keluar lagi untuk makan malam di restoran India, The Saffron yang letaknya hanya selemparan batu dari hotel kami. Malam itu, angin yang bertiup lebih dingin lagi daripada malam yang pertama. Kami cepat-cepat menuntaskan makan malam, istirahat di hotel karena besoknya kami akan menempuh perjalanan panjang menuju tujuan kami selanjutnya: Cradle Mountain.
Emak dan The Precils nongkrong di warung fish & chips apung. Foto oleh Anindito Aditomo. |
~ The Emak