Pendidikan di Indonesia
Dewiramedia.com – Tapi kenapa yang saya perhatikan di lain pihak para siswa malah merasa dirugikan dengan kurikulum yang baru ini. Mereka merasa keberatan belajar dengan kurikulum 2013 ini. Apakah yang menyebabkannya. Ternyata yang menyebabkannya karena siswa dituntut berperan aktif dalam kegiatan KBM. Nah, ini lah masalahnya, karena pada kurikulum sebelumnya siswa hanya berperan pasif, yaitu dimana guru menerangakan dan siswa hanya menerima pelajaran dari Guru tersebut. Selain itu juga di kurikulum 2013 ini jam belajar juga ditambah, yang biasanya pulang sekolah pukul 12:00 – 13:00, kini bisa sampai pukul 15:00 – 17:00. Mungkin para siswa belum terbiasa dan masih dalam proses adaptasi dengan kurikulum 2013 ini. Mudah-mudahan kedepannya pendidikan di Indonesia bisa jadi lebih baik lagi dan menciptakan para siswa yang cerdas intelektual, emosioanal, dan spiritual. Semangat terus dalam menuntut ilmu, karena tak ada batas akhir dalam menuntut ilmu. Ilmu tidak hanya didapat dari sekolah, banyak ilmu yang bisa pelajari di luar sana.
Sebenarnya sekolah itu tidak hanya tempat untuk mencari ilmu dan membuat kita pandai, namun juga wadah kita belajar untuk bermasyarakat dan bersosialisasi di lingkungan sekolah. Melatih kecerdasan intelektual, emosional, serta spiritual kita. Maka dari itu sekolah juga harus memperhatikan aspek sikap dan moral para siswanya, tidak hanya melulu tentang kepandaian dan pintarnya para siswa namun tak ada moral di diri para siswanya. Nah, pemerintah pun mengeluarkan kurikulum baru untuk pendidikan di Indonesia, yaitu kurikulum 2013. Kurikulum 2013 adalah, sebuah kurikulum yang mengutamakan pemahaman, skill, dan pendidikan berkarakter, siswa dituntut untuk paham atas materi, aktif dalam berdiskusi dan presentasi serta memiliki sopan santun disiplin yang tinggi. Kurikulum ini menggantikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang diterapkan sejak 2006 lalu. Menurut saya pribadi kurikulum 2013 ini mementingkan dalam aspek soft skill, dimana siswa lebih dilihat dari sikap atau attitude nya di sekolah. Mudah-mudahan dengan adanya kurikulum 2013 ini sikap dan akhlak para siswa bisa semakin baik kedepannya, bisa membuat siswa tak hanya mementingkan nilai akademik namun juga nilai sikap yang nantinya bisa membentuk karakter para siswa menjadi pribadi yang mempunyai sifat leadership, taqwa, beriman, dan sopan & santun.
Dewasa ini sudah zamannya zaman digital, dimana-mana serba cepat, instan, dan canggih. Begitu pun di dunia pendidikan Indonesia saat ini. Bayangkan era orang tua kita, berangkat sekolah hanya dengan berjalan kaki berkilometer jauhnya atau menggunakan sepeda, itu pun sudah paling mewah pada zamannya. Lalu, kita lihat anak sekolah berangkat sekolah kebanyakan sudah menggunakan kendaraan seperti, sepeda, motor, bahkan mobil. Pada era masa kini yang harus dituntut serba canggih dan mengikuti pergerakan zaman, teknologi pun sudah merambah ke dunia pendidikan kita. Kita lihat cara mengajar konvensional, dimana Guru menerangkan ke murid, menulis di papan tulis, kemudian para Murid disuruh mencatatnya penuh kedalam buku mereka masing-masing. Apakah ini efektif ? Tetapi masih ada saja yang menggunakan cara mengajar yang jadul ini di era yang sudah serba cepat dan canggih saat ini. Kita lihat beberapa sekolah atau guru yang menggunakan sistem mengajar yang tidak biasa, mereka menggunakan yang namanya proyektor, proyektor yang dulu hanya dipakai dikalangan orang kantoran saja kini bisa diterapkan di sekolah.
Itu merupakan kemajuan sistem belajar mengajar yang harusnya sudah diterapkan dan dikembangkan di sekolah-sekolah. Apa saja manfaatnya bagi kemajuan sistem pendidikan kita, tentu banyak manfaatnya. Dari efektifnya kegiatan belajar mengajar, suasana kelas yang tidak jenuh, serta membuat para siswa menjadi lebih sadar bahwa pentingnya teknologi bagi kegiatan di sekolah. Semakin kesini akhlak dan sikap pelajar di Indonesia ini sudah mulai luntur, adab semakin dikesampingkan, norma tak lagi dipentingkan. Sebuah kenyataan yang ironis memang, tapi memang begitu kenyataannya. Dari berbagai jenjang pendidikan sama saja tak ada bedanya, SD sudah mulai merokok. Ya, anak SD sekarang sudah berani mencoba menghisap sebatang rokok, bisa dibilang masih dalam masa anak-anak saja sudah berani untuk merokok. SMP berani melakukan tindak asusila yang sudah jelas-jelas melanggar norma baik agama maupun sosial. SMA/sederajat yang tak hentinya tawuran yang sudah jelas tak ada manfaatnya bagi kedua belah pihak yang bertikai. Masih banyak sekali kasus-kasus dimana hilangnya moral para pelajar di Indonesia.
Tapi, kesenjangan kesejahteraan guru swasta dan negeri menjadi masalah lain yang muncul. Di lingkungan pendidikan swasta, masalah kesejahteraan masih sulit mencapai taraf ideal. Dengan keadaan yang demikian itu (rendahnya sarana fisik, kualitas guru, dan kesejahteraan guru) pencapaian prestasi siswa pun menjadi tidak memuaskan. Sebagai misal pencapaian prestasi fisika dan matematika siswa Indonesia di dunia internasional sangat rendah. Menurut Trends in Mathematic and Science Study (TIMSS) 2003 (2004), siswa Indonesia hanya berada di ranking ke-35 dari 44 negara dalam hal prestasi matematika dan di ranking ke-37 dari 44 negara dalam hal prestasi sains. Dalam hal ini prestasi siswa kita jauh di bawah siswa Malaysia dan Singapura sebagai negara tetangga yang terdekat. Dalam hal prestasi, 15 September 2004 lalu United Nations for Development Programme (UNDP) juga telah mengumumkan hasil studi tentang kualitas manusia secara serentak di seluruh dunia melalui laporannya yang berjudul Human Development Report 2004. Di dalam laporan tahunan ini Indonesia hanya menduduki posisi ke-111 dari 177 negara.
Perasan ini disebabkan karena beberapa hal yang mendasar. Salah satunya adalah memasuki abad ke- 21 gelombang globalisasi dirasakan kuat dan terbuka. Kemajaun teknologi dan perubahan yang terjadi memberikan kesadaran baru bahwa Indonesia tidak lagi berdiri sendiri. Indonesia berada di tengah-tengah dunia yang baru, dunia terbuka sehingga orang bebas membandingkan kehidupan dengan negara lain. Yang kita rasakan sekarang adalah adanya ketertinggalan didalam mutu pendidikan. Baik pendidikan formal maupun informal. Dan hasil itu diperoleh setelah kita membandingkannya dengan negara lain. Pendidikan memang telah menjadi penopang dalam meningkatkan sumber daya manusia Indonesia untuk pembangunan bangsa. Oleh karena itu, kita seharusnya dapat meningkatkan sumber daya manusia Indonesia yang tidak kalah bersaing dengan sumber daya manusia di negara-negara lain. Setelah kita amati, nampak jelas bahwa masalah yang serius dalam peningkatan mutu pendidikan di Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan di berbagai jenjang pendidikan, baik pendidikan formal maupun informal. Dan hal itulah yang menyebabkan rendahnya mutu pendidikan yang menghambat penyediaan sumber daya menusia yang mempunyai keahlian dan keterampilan untuk memenuhi pembangunan bangsa di berbagai bidang.
Selain hanya berlanhsug sekali, evaluasi seperti itu hanya mengevaluasi 3 bidang studi saja tanpa mengevaluasi bidang studi lain yang telah didikuti oleh peserta didik. Banyak hal lain juga yang sebenarnya dapat kami bahas dalam pembahasan sandardisasi pengajaran di Indonesia. Penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia juga tentu tidah hanya sebatas yang kami bahas di atas. Banyak hal yang menyebabkan rendahnya mutu pendidikan kita. Tentunya hal seperti itu dapat kita temukan jika kita menggali lebih dalam akar permasalahannya. Dan semoga jika kita mengetehui akar permasalahannya, kita dapat memperbaiki mutu pendidikan di Indonesia sehingga jadi kebih baik lagi. Selain beberapa penyebab rendahnya kualitas pendidikan di atas, berikut ini akan dipaparkan pula secara khusus beberapa masalah yang menyebabkan rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia. Untuk sarana fisik misalnya, banyak sekali sekolah dan perguruan tinggi kita yang gedungnya rusak, kepemilikan dan penggunaan media belajar rendah, buku perpustakaan tidak lengkap. Sementara laboratorium tidak standar, pemakaian teknologi informasi tidak memadai dan sebagainya.